Dasar penulisan artikel ini, adalah |
1) Studi literatur. |
Berikut ini adalah sejarah Nepenthes, mulai dari pertama kali dicatat keberadaannya hingga awal tahun 2000an. Artikel ini merupakan terjemahan dari artikel dari Nepenthes Univercity dengan penyesuaian seperlunya. Kami juga menambahkan beberapa tambahan untuk melengkapi artikel ini. Selamat membaca ☺
Akhir abad ke 8 Sebelum Masehi
Kata "Nepenthe" pertama kali disebutkan pada buku ke empat Homer dari seri Odyssey. Nepenthe adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dengan cara menimbulkan efek euphoria (Kegembiraan berlebihan). Nama Nepenthes diambil dari kata Nepenthe tersebut.
Berikut ini adalah cuplikan dari buku ke empat Homer tersebut.
ἔνθ᾽ αὖτ᾽ ἄλλ᾽ ἐνόησ᾽ Ἑλένη Διὸς ἐκγεγαυῖα:
αὐτίκ᾽ ἄρ᾽ εἰς οἶνον βάλε φάρμακον, ἔνθεν ἔπινον,
νηπενθές τ᾽ ἄχολόν τε, κακῶν ἐπίληθον ἁπάντων.
Then Helen, daughter of Zeus, took other counsel.
Straightway she cast into the wine of which they were drinking, a Nepenthe,
to quiet all pain and strife, and bring forgetfulness of every ill.
(Sumber)
1658
Keberadaan tanaman Kantong Semar pertama kali dicatat oleh Etienne de Flacourt, Gubernur dari koloni Perancis di Madagaskas. Beliau menyebut tanaman itu dengan nama Anramitaco. Saat ini, tanaman tersebut kita kenal sebagai N. madagascierensis.
Keberadaan tanaman Kantong Semar pertama kali dicatat oleh Etienne de Flacourt, Gubernur dari koloni Perancis di Madagaskas. Beliau menyebut tanaman itu dengan nama Anramitaco. Saat ini, tanaman tersebut kita kenal sebagai N. madagascierensis.
1677
Bartholinus mendeskripsikan sebuah tanaman yang dia sebut sebagai Miranda herba. Saat ini, tanaman tersebut kita kenal sebagai N. distillatoria. Pada tahun 1680, Jacob Breyn menamai tanaman Bartholinus tersebut dengan nama Bandura zingalensium, sebuah nama yang dipakai sampai hampir 60 tahun, sampai Linnaeus menciptakan sebuah nama yang kita kenal sekarang, Nepenthes. Pada tahun 1683, Grimm menamai tanaman Bartholinus tersebut dengan Planta mirabilis distillatoria, yang berarti tanaman penyuling yang menakjubkan (Inggris: miraculous distilling plant). Nama itu diberikan sebelum manusia mengenal tanaman ini sebagai tanaman karnivora. Saat itu manusia mengira bahwa tanaman itu menyuling air dari udara untuk konsumsi manusia. Hal ini sebetulnya bukan gagasan yang betul-betul salah, karena banyak penjelajah termasuk Burbidge sendiri, pernah meminum air dalam kantong Kantong Semar saat sedang kesulitan mencari air.
Gambar dari artikel National Geographic (Mei 1964) yang menunjukan
si penulis artikel bersama dengan temannya,
meminum air dari dalam kantong N. sanguinea.
si penulis artikel bersama dengan temannya,
meminum air dari dalam kantong N. sanguinea.
(Sumber)
1690
Rumphius menyelesaikan karyanya yang hebat walaupun harus melewati banyak tantangan, Herbarium Amboinensis, sebuah catatan ilmiah yang terdiri dari 6 jilid buku.
Pada tahun 1670, Rumphius mengalami kebutaan dan harus mencari assisten untuk dapat menyelesaikan karyanya tersebut. Pada tahun 1687, ketika karyanya hampir selesai, kebakaran membakar kurang lebih separoh dari kumpulan illustrasi yang dia gunakan dalam bukunya. Tidak menyerah, Rumphius dan assistennya menyelesaikan buku tersebut pada 1690. Di dalam Herbarium Amboinensis,
Rumphius menyebut tanaman Kantong Semar dengan sebutan "Cantherifera". Cantherifera diperkirakan sebagai N. mirabilis pada saat ini. Rumphius juga menulis tentang Cantherifera alba, yang saat ini diperkirakan sebagai N. maxima. Rumphius mengirimkan keenam jilid karya tulisnya tersebut kepada Gubernur-Jendral Johannes Camphuijs sebelum dikirimkan ke Belanda untuk dipublikasikan. Camphuijs sangat terkesan dengan Herbarium
Amboinensis, sampai-sampai beliau menggandakan keenam buku tersebut untuk koleksi pribadinya sendiri. Hal ini terbukti sangat berguna sekali. karena ternyata kapal Belanda yang membawa keenam jilid buku Herbarium Amboinensis tersebut diserang oleh kapal Perancis dan tenggelam bersama dengan keenam jilid buku Herbarium Amboinensis yang asli. Rumphius dan assisten-assistennya, yang mungkin saat itu sudah menghafal keenam jilid buku Herbarium Amboinensis, mulai untuk menulisnya kembali. Lima tahun kemudian Herbarium Amboinensis akhirnya tiba di Belanda. Walaupun Herbarium
Amboinensis sudah tiba di Belanda, tapi buku-buku tersebut tidak segera diterbitkan. Hal itu merupakan tragedi lain tersendiri bagi Rumphius. Karena, jika saja buku tersebut sudah diterbitkan dalam jangka waktu kurang dari 30 tahun sejak tiba di Belanda, maka dunia sekarang mungkin akan menyebut Kantong Semar dengan sebutan "Cantherifera" dan mungkin Rumphius akan selanjutnya mendapat appresiasi untuk nama Cantherifera" tersebut. Kenyataannya buku-buku tersebut baru diterbitkan tidak kurang dari 50 tahun setelah tiba di Belanda.
1737
Linnaeus menciptakan binomial nomenclature untuk merevisi sistim penamaan ilmiah makhluk hidup yang ada pada saat itu menjadi sistim yang kita kenal sekarang. Dia juga menciptakan genus Nepenthes untuk menamai tanaman Kantong Semar. Dia mendeskripsikan N. madagascierensis dan N. distillatoria. Hal ini terjadi 40 tahun setelah Rumphias menyebut mereka "Cantherifera", dalam Herbarium
Amboinensis yang belum dipublikasikan.
1750
Herbarium Amboinensis hasil karya Rumphius, akhirnya dipublikasikan dan nama "Nepenthes" ciptaan Linnaeus tetap dipakai menggantikan nama "Cantherifera". Hal itu karena Linnaeus mempublikasikan karyanya terlebih dahulu daripada Rumphius. Linnaeus menciptakan nama "Nepenthes" pada saat dia mempelajari N. distillatoria, yang penampilannya boleh dikatakan biasa saja jika dibandingkan dengan Nepenthes-Nepenthes highland. Linnaeus saat itu betul-betul sangat mengagumi tanaman tersebut, walaupun penampilannya sangat biasa. Dia kemudian teringat akan karya tulis Homer, The Odyssey (Lihat diatas). Di dalam The Odyssey, obat Nepenthe dicampurkan ke dalam minuman anggur untuk menimbulkan efek euphoria dan lalu Linnaeus berkomentar, "Jika ini bukan Nepenthe Helen, ini pasti adalah Nepenthe untuk semua botanist. Botanis manakah yang tidak akan tertegun penuh dengan kekaguman, saat dia mendapati tanaman ini sehabis perjelajahan panjangnya."
1789
Setelah lebih dari 130 tahun setelah catatan pertama tentang keberadaan tanaman Nepenthes, akhirnya N. distillatoria menjadi Nepenthes yang pertama kali di budidayakan di dunia. Sir Joseph Banks membawa bijinya ke Royal Gardens di kota Kew untuk dikembang-biakan.
N. distillatoria, oleh Joseph Paxton (1838).
(Sumber)
1790
Pastor Joao Loureiro dari portugis, mendeskripsikan tanaman Phyllamphora mirabilis, yang berasal dari vietnam. Tanaman ini sekarang kita kenal dengan nama N. mirabilis.
1797
Poiret mendeskripsikan N. madagascierensis dan N. distillatoria untuk Encyclopedie Methodique
Botanique.
Mungkin anda sulit untuk membayangkan, bahwa ternyata diperlukan 130 tahun lebih sejak Etienne de Flacourt mencatat keberadaan tanaman N. madagascierensis hingga upaya budidaya Nepenthes pertama melalui biji di Royal Gardens di Kew. Lebih jauh lagi, diperlukan 200 tahun lebih sejak 1658, hingga specimen Nepenthes pertama tiba di Eropa.
Tapi kami rasa hal itu mudah untuk dipahami, karena pada saat itu dunia hanya mengetahui dua atau 3 species Nepenthes yang boleh dibilang tidak terlalu mengagumkan bentuknya. Tidak ada yang bentuknya begitu mengagumkan sehingga tercipta permintaan pasar akan tanaman itu. Disisi lain, rumah kaca saat itu juga masih jarang dibuat untuk kepentingan budidaya tanaman, karena Inggris mempunyai pajak bertingkat yang mahal untuk komoditas kaca. Problem lainnya adalah masalah mentransportasikan specimen tanaman tropis dalam jangka waktu yang lama dan jauh yang biasanya menyebabkan tanaman-tanaman tersebut mati ditengah perjalanan. Hal ini kemudian dapat diatasi dengan penemuan Nathaniel Ward, yaitu, wardian case pada tahun 1833. Dengan menggunakan wardian case, 90%-95% dari specimen yang dibawa bisa bertahan dalam menempuh perjalanan yang jauh dan lama, dimana, sekitar 90% akan mati dlm perjalanan yang sama jika tidak menggunakan wardian case. Specimen-specimen Nepenthes yang dibawa dari Borneo saat itupun masih adalah species-species dengan bentuk yang juga tidak terlalu mengagumkan. Pulau Borneo juga belum sepenuhnya dijamah dan Australia belum ditemukan.
Akhirnya angin perubahan berhembus, yaitu pada saat negara-negara Eropa mulai mengirimkan penjelajah-penjelajah untuk menjelajahi Borneo dan menemukan tanaman-tanaman Nepenthes langka di Borneo. Penemuan-penemuan itu mulai membangkitkan kekaguman dunia terhadap Kantong Semar.
Wardian case
(Sumber)
Awal 1800an
Biji-biji Nepenthes dalam jumlah besar, mulai dikirim ke sejumlah nursery di Eropa. Seedling Nepenthes juga disebar-luaskan. Biji-biji tersebut diperkirakan banyak dikumpulkan dari Ceylon, sehingga biji-biji tersebut diperkirakan merupakan biji N. distillatoria.
Tapi akhirnya diketahui, bahwa biji-biji tersebut ternyata berasal dari bukit Khasi di Bengal, India. Sejak saat inilah, sejarah Nepenthes mulai diwarnai dengan kesemerawutan tentang dari manakah biji-biji tersebut di ambil. Efek dari kesemerawutan tersebut masih kita rasakan hingga sekarang.
1819
Dr. William Jack menemukan N. rafflesiana dan N. ampullaria.
1825
Illustrasi pertama dari Kantong Semar hasil budidaya, dipublikasikan pada Loddiges
Botanical Caberet. Illustrasi tersebut dideskripsikan sebagai N. distillatoria, padahal sebetulnya adalah N. khasiana yang kita kenal sekarang ini.
1833
Nathaniel Ward menciptakan wardian case. Piranti ini sangat penting sekali dalam pengidentifikasian species-species Nepenthes dari Borneo oleh ilmuwan-ilmuwan Eropa.
1837
Pastor Katolik dari ordo Agustinus bernama Blanco menemukan N. alata dan N. ventricosa di kepulauan Philippina.
1839
P. W. Korthals mempublikasikan artikel ilmiah pertama di dunia tentang Nepenthes. Dia mencantumkan 9 species: N.
boschiana, N. gracilis, N. bongso, N. gymnamphora, N. ampullaria, N. mirabilis, N.
rafflesiana, N. madagasciernesis, dan N. distillatoria. Tampaknya penemuan Blanco, dua tahun sebelumnya, belum sempat diteliti lebih lanjut untuk dapat masuk ke dalam artikel karangan P. W. Korthals tersebut.
1841
Nepenthes rafflesiana sampai ke Eropa pertama kali di Loddiges nursery, dengan disambut oleh perayaan yang meriah. Kemudian, tidak lama N. ampullaria dan N. x Hookeriana juga sampai ke Eropa. Nepenthes-Nepenthes ini segera menyulut Eropa dengan demam Nepenthes.
1843
N. rafflesiana dan N. ampullaria dipamerkan di pameran tahunan, Royal Horticultural Society.
1845
Inggris menghapuskan pajak bertingkat untuk kaca. Hal ini memicu pembangunan rumah kaca untuk kepentingan budidaya tanaman. Banyak dari orang-orang kaya Inggris yang sudah memiliki rumah kaca, mengisi rumah kaca tersebut dengan anggrek, pisang, jeruk, nanas, dan NEPENTHES.
1847
N. xhookeriana berbunga pertama kalinya di dunia di dalam rumah kaca milik Hugh Low & Company nurseries.
1851
Hugh Low ekspedisi ke gunung Kinabalu di Borneo. Dia melakukan dua ekspedisi lagi pada tahun 1858. Dalam ekspedisi-ekspedisi ini, dia menemukan empat species baru yang sangat menakjubkan, yaitu N. lowii, N. rajah, N. edwardsiana, dan N. villosa. Sangat gembira dengan penemuan species-species baru tersebut, Hugh Low sampai-sampai meninggalkan botol anggurnya di puncak gunung Kinabalu, yang konon, botol anggur itu masih ada sampai sekarang di Low's peak (Nama puncak gunung Kinabalu, untuk menghormati Hugh Low).
1858
Gambar dari Nepenthes veitchii dari Veitch nurseries dipublikasikan dan dilabeli dengan salah sebagai N. villosa.
1859
Sir Joseph Hooker segera mendeskripsikan dan membuat illustrasi dari keempat species baru dari gunung Kinabalu hasil temuan Hugh Low.
1862
N. x dominii, adalah hybrid buatan manusia pertama di dunia yang diciptakan oleh Veitch nurseries. Hal ini segera memicu timbulnya hybrid-hybrid victorian yang berasal dari nursery ini dan beberapa jenis hybrid tersebut masih bisa ditemui saat ini.
1870
Marianne North kembali ke Inggris dari perjalannya berkeliling dunia. Dia berkelana hingga ke Kuching dan Sarawak, dimana dia sempat tinggal dengan Raja Sarawak Kedua, Rajah Brooke. Selama tinggal di sana, Marianne North menggambar tanaman Kantong Semar yang umum ada di daerah itu. Sir Harry Veitch, ubegitu melihat gambar itu, segera mengetahui bahwa itu adalah Nepenthes species baru. Kemudian tanaman itu dinamai dengan Nepenthes northiana, sebagai bentuk penghormatan terhadap Marianne North.
1872
Messrs Veitch mempunyai sepuluh species Nepenthes dan lima hybrid nepenthes dalam nursery-nya.
1873
Sir Joseph Hooker menyadari bahwa seedling-seedling Nepenthes yang disebarluaskan di Eropa pada tahun 1800an adalah bukan N. distillatoria. Dia yakin bahwa seedling-seedling tersebut adalah species baru yang belum dideskripsikan, dan memberi nama tanaman tersebut N. khasiana. Dia juga kemudian mempublikasikan artikel ilmiah kedua di dunia tentang Nepenthes dan memuat tiga puluh tiga species dalam artikel tersebut.
1877
Burbidge melakukan ekspedisi pertamanya ke Borneo.
1878
Burbidge melakukan ekspedisi keduanya ke Borneo dan mengambil N. rajah untuk Veitch nurseries. Pada ekspedisi keduanya ini, Burbidge juga menemukan satu species baru yaitu Nepenthes burbidgeae, yang dia namakan sesuai nama istrinya. Burbidge mendeskripsikan N. burbidgeae sebagai Kantong Semar yang berwarna putih telur dengan bercak merah yang menyala.
1879
The Garden melaporkan bahwa berbagai jenis Nepenthes sudah diperbanyak dalam jumlah ribuan di Eropa untuk memenuhi permintaan pasar Eropa. N. madagascierensis akhirnya diperkenalkan ke publik.
1880
N. distillatoria dikenal dikalangan pembudidaya sebagai N. zeylanica. N. khasiana adalah Nepenthes yang paling banyak dibudidayakan karena banyaknya biji maupun seedling yang disebarluaskan pada awal 1800an. The Gardeners Chronicle mulai mempublikasikan artikel-artikel tentang jenis-jenis Nepenthes, deskripsi Nepenthes species baru dan bagaimana cara perawatan Nepenthes di rumah.
1881
Gambar dari Nepenthes x hookeriana dipublikasikan. N. rajah secara formal diperkenalkan ke publik sebagai temuan Burbudge dari ekspedisi keduanya. N. bicalcarata diperkenalkan ke publik untuk pertama kalinya.
1882
Charles Curtis, mengirimkan biji-biji N. northiana ke Inggris pada ekspedisinya ke Borneo. Dia juga mengirimkan N. stenophylla dan biji dari tanaman yang akan dikenal sebagai N. curtisii. Tanaman Nepenthes rajah yang masih muda dipamerkan pertama kali di pameran tahunan Royal Horticultural Society. (Saat ini, diperdebatkan apakah Curtis yang menemukan N. curtisii di Borneo. N. curtisii sekarang dikenal sebagai nama lain N. maxima). The Gardeners Chronicles menampilkan gambar dari N. x Atrosanguinea milik James Taplin. Taplin bekerja untuk George Such nurseries di America.
1883
Burbidge mendeskripsikan hybrid N x Mastersiana. Hybrid buatan Veitch nursery, yang merupakan hasil persilangan antara N. sanguinea dan N. khasiana. Didanami sesuai nama Maxwell Masters, yang adalah editor dari Gardners Chronicles pada tahun 1865.
1889
The Gardeners Chronicles mendaftar ada total seratus tiga puluh satu species, varietas, and hybrid dari Nepenthes sedang dibudidayakan. Setidaknya ada sedikit species dari daftar ini yang mungkin merupakan nama lain dari species yang lain. (Contohnya, N. curtisii merupakan nama lain N. maxima). Beberapa species dari Veitch nursery seperti N. curtisii, N. northiana, dan N. rajah juga dijual pada majalah ini. Majalah ini juga mencantumkan hybrid N. x mastersiana.
1893
Tivey menciptakan hybrid N. x Mixta, persilangan antara N. northiana and N.maxima. Setelah ini, semua N. northiana di lingkungan pembudidaya Eropa, diduga punah.
1894
N. pervillei diperkenalkan oleh Veitch nursery.
1895
Beck merevisi genus Nepenthes.
1901
Amerika mulai memberikan kontibusi dalam dunia per-Nepenthes-an dunia dengan turut menciptakan hybrid Nepenthes yang banyak dilakukan oleh James Taplin. Hybrid-hybrid Nepenthes buatan Amerika tersebut di publikasikan dalam Encyclopedia of American Horticulture. James Taplin semula bekerja di Inggris, tapi kemudian hijrah ke Amerika untuk bekerja di George Such Nurseries di New Jersey, USA. Tampaknya Taplin sendiri telah meninggal pada saat publikasi ini dilakukan. Hybrid-hybrid Nepenthes buatan Taplin pada akhir tahun 1800an diakui dunia sebagai keberhasilan yang mengagumkan di dunia Nepenthes bagi Eropa dan Amerika.
1903
Tivey menciptakan hybrid Nepenthes baru, N. x Dyeriana. He menyilangkan N. x mixta dengan (N. rafflesiana x N. veitchii).
1905
Nepenthes rajah yang terakhir yang dipunyai oleh Veitch Nursery, mati, karena sulit untuk di kembang biakan. Sejak saat itu, N. rajah di lingkungan budidaya Eropa hanya bisa ditemukan di National Botanic Gardens di Glasnevin di Ireland, dan itupun tidak lama kemudian juga mati.
1906
Hortus Veitchii di publikasikan, yang meringkas sejarah hybridisasi Nepenthes. Pada saat itu sebagian besar upaya hybridisasi Nepenthes di dunia hanya dilakukan oleh Veitch Nursery dan pegawai-pegawainya yang handal.
1908
Macfarlane merevisi genus Nepenthes, mencantumkan lima puluh delapan species.
1910
Lilian Gibbs, wanita pertama yang berhasil mendaki gunung Kinabalu, menemukan hybrid (N. rajah x N. villosa). Hybrid itu diberi nama formal oleh Shigeo Kurata pada 1976 sebagai N. x kinabaluensis.
1914
Walupun N. rajah dan N. northiana telah punah dikalangan pembudidaya Nepenthes Eropa, hal itu tidak menyurutkan sedikitpun demam Nepenthes di Eropa. Setidaknya hingga munculnya Perang Dunia I.
Dengan menipisnya asupan uang dan bahan bakar, rumah-rumah kaca yang dulunya sangat hangat dikala musim dingin, tiba-tiba berubah menjadi dingin sekali. Saat itu, secara praktis, Nepenthes sudah punah sama sekali di lingkungan pembudidaya Eropa.
Tapi kemudian Jepang mulai tertarik dengan tanaman itu dan mengambil alih kegiatan budidaya Nepenthes dunia.
1916
Bailey's Standard Cyclopedia of Horitculture mencatat beberapa hybrid Nepenthes yang cantik hingga saat itu.
1918
Dibawah arahan George Pring, Missouri Botanical Gardens mulai menggalakan koleksi Nepenthes. Akhirnya Missouri Botanical Gardens dikenal sebagai institusi yang mempunyai koleksi Nepenthes terbanyak di dunia.
1928
Danser menulis artikel ilmiahnya yang terkenal, "Nepenthes of the Netherland Indies". He mengurangi jumlah species Nepenthes menjadi empat puluh delapan species.
1936
Harms merevisi genus Nepenthes. Dia memisahkan N. villosa dan N. edwardsiana yang dicatat oleh Danser sebagai nama lain dari satu dan yang lain.
1940
Upaya budidaya Nepenthes yang dilakukan oleh Jepang terhenti dengan dimulainya Perang Dunia II.
1950
Upaya budidaya Nepenthes di Jepang, berlangsung kembali.
1957
Dr. Kostermans menemukan Nepenthes species baru, N. campanulata. Penduduk pribumi yang tinggal di area dimana N. campanulata ditemukan, menyebutnya sebagai "bunga batu". Dr. Kostermans juga menemukan satu lagi species Nepenthes yang lain, yaitu N. mapuluensis.
1973
Shigeo Kurata mendeskripsikan N. campanulata dari specimen yang ditemukan oleh Dr. Kostermans pada tahun 1957. Dr. Kawase dari Kosobe Botanical Gardens di universitas Kyoto mulai menciptakan banyak hybrid Nepenthes. Nama-nama hybrid Nepenthes yang dia pakai selalu diakhiri dengan kata "KOTO", yang artinya "Ibu Kota Tua". Banyak dari hybrid Nepenthes ciptaannya yang tersebar luar dan diminati, misalnya N. x Dreamy Koto dan N. x Delectable KOTO. Dia menciptakan lebih dari 163 hybrid Nepenthes dalam 10 tahun..
1976
Shigeo Kurata mempublikasikan bukunya, Nepenthes of Mt. Kinabalu. Buku tersebut mempunyai foto-foto berwarna yang terbaik di dunia, dari Nepenthes, hingga saat ini.
1978
Di tahun ini, sebuah nursery dengan nama WIP (World Insectivorous Plants) mulai menjual Nepenthes dengan cara mail-order. Katalog penjualannya mencakup jenis-jenis Nepenthes baik species maupun hybrid yang terbanyak yang pernah ada. WIP pun menjual tanaman karnivora lain selain Nepenthes.
1980's
Pada awal 1980's, WIP sudah tidak melayani pembelian secara perseorangan lagi dan merubah model bisnisnya menjadi distributor yang hanya melayani pembelian dalam jumlah besar oleh reseller. Pada tahun ini, juga muncul dua nursery baru yang menerapkan cara pembelian melalui mail-order, yaitu Orgels Orchids dan Lee's Botanical Gardens. Clyde Bramblett (Orgels Orchids) dan Bruce Lee Bednar (Lee's Botanical Gardens) saling bekerja sama untuk menciptakan hybrid-hybrid Nepenthes yang baru.
1984
Marabini dan Briggs menemukan N. x Trusmadiensis, salah satu Nepenthes dengan ukuran kantong terbesar. N. x Trusmadiensis adalah hybrid alam yang sangat langka yang berasal dari gunung Trus Madi. Merupakan persilangan antara N. macrophylla dan N. lowii yang sama-sama berhabitat di gunung Trus Madi.
1996
Pitcher Plants of Borneo yang ditulis oleh Phillipps dan Lamb, di publikasikan. Buku tersebut berisi banyak foto-foto Nepenthes di habitatnya dan juga memuat beberapa gambar dari lukisan Nepenthes dari cat air yang dilukis oleh Susan Phillipps.
1997
Jebb dan Cheek merevisi genus Nepenthes, yang mencakup delapan puluh dua species. Mereka mencantumkan tiga puluh satu species dari Borneo, termasuk menetapkan N. borneensis sebagai species tersendiri, tapi mereka juga menetapkan bahwa N. faizaliana adalah hanya nama lain dari N. stenophylla.
Buku Charles Clarke, Nepenthes Of Borneo, kemudian dipublikasikan. Dalam bukunya, Clarke merevisi pendapat Jebb and Cheeks, N. borneensis direvisi menjadi nama lain dari N. boschiana dan N. faizaliana ditetapkan sebagai species tersendiri.
Nepenthes rafflesiana sampai ke Eropa pertama kali di Loddiges nursery, dengan disambut oleh perayaan yang meriah. Kemudian, tidak lama N. ampullaria dan N. x Hookeriana juga sampai ke Eropa. Nepenthes-Nepenthes ini segera menyulut Eropa dengan demam Nepenthes.
Salah satu N. rafflesiana koleksi kami.
1843
N. rafflesiana dan N. ampullaria dipamerkan di pameran tahunan, Royal Horticultural Society.
1845
Inggris menghapuskan pajak bertingkat untuk kaca. Hal ini memicu pembangunan rumah kaca untuk kepentingan budidaya tanaman. Banyak dari orang-orang kaya Inggris yang sudah memiliki rumah kaca, mengisi rumah kaca tersebut dengan anggrek, pisang, jeruk, nanas, dan NEPENTHES.
1847
N. xhookeriana berbunga pertama kalinya di dunia di dalam rumah kaca milik Hugh Low & Company nurseries.
1851
Hugh Low ekspedisi ke gunung Kinabalu di Borneo. Dia melakukan dua ekspedisi lagi pada tahun 1858. Dalam ekspedisi-ekspedisi ini, dia menemukan empat species baru yang sangat menakjubkan, yaitu N. lowii, N. rajah, N. edwardsiana, dan N. villosa. Sangat gembira dengan penemuan species-species baru tersebut, Hugh Low sampai-sampai meninggalkan botol anggurnya di puncak gunung Kinabalu, yang konon, botol anggur itu masih ada sampai sekarang di Low's peak (Nama puncak gunung Kinabalu, untuk menghormati Hugh Low).
1858
Gambar dari Nepenthes veitchii dari Veitch nurseries dipublikasikan dan dilabeli dengan salah sebagai N. villosa.
N. veitchii koleksi kami.
1859
Sir Joseph Hooker segera mendeskripsikan dan membuat illustrasi dari keempat species baru dari gunung Kinabalu hasil temuan Hugh Low.
1862
N. x dominii, adalah hybrid buatan manusia pertama di dunia yang diciptakan oleh Veitch nurseries. Hal ini segera memicu timbulnya hybrid-hybrid victorian yang berasal dari nursery ini dan beberapa jenis hybrid tersebut masih bisa ditemui saat ini.
1870
Marianne North kembali ke Inggris dari perjalannya berkeliling dunia. Dia berkelana hingga ke Kuching dan Sarawak, dimana dia sempat tinggal dengan Raja Sarawak Kedua, Rajah Brooke. Selama tinggal di sana, Marianne North menggambar tanaman Kantong Semar yang umum ada di daerah itu. Sir Harry Veitch, ubegitu melihat gambar itu, segera mengetahui bahwa itu adalah Nepenthes species baru. Kemudian tanaman itu dinamai dengan Nepenthes northiana, sebagai bentuk penghormatan terhadap Marianne North.
1872
Messrs Veitch mempunyai sepuluh species Nepenthes dan lima hybrid nepenthes dalam nursery-nya.
1873
Sir Joseph Hooker menyadari bahwa seedling-seedling Nepenthes yang disebarluaskan di Eropa pada tahun 1800an adalah bukan N. distillatoria. Dia yakin bahwa seedling-seedling tersebut adalah species baru yang belum dideskripsikan, dan memberi nama tanaman tersebut N. khasiana. Dia juga kemudian mempublikasikan artikel ilmiah kedua di dunia tentang Nepenthes dan memuat tiga puluh tiga species dalam artikel tersebut.
1877
Burbidge melakukan ekspedisi pertamanya ke Borneo.
1878
Burbidge melakukan ekspedisi keduanya ke Borneo dan mengambil N. rajah untuk Veitch nurseries. Pada ekspedisi keduanya ini, Burbidge juga menemukan satu species baru yaitu Nepenthes burbidgeae, yang dia namakan sesuai nama istrinya. Burbidge mendeskripsikan N. burbidgeae sebagai Kantong Semar yang berwarna putih telur dengan bercak merah yang menyala.
Kantong bawah dari N. burbidgeae
(Sumber)
1879
The Garden melaporkan bahwa berbagai jenis Nepenthes sudah diperbanyak dalam jumlah ribuan di Eropa untuk memenuhi permintaan pasar Eropa. N. madagascierensis akhirnya diperkenalkan ke publik.
1880
N. distillatoria dikenal dikalangan pembudidaya sebagai N. zeylanica. N. khasiana adalah Nepenthes yang paling banyak dibudidayakan karena banyaknya biji maupun seedling yang disebarluaskan pada awal 1800an. The Gardeners Chronicle mulai mempublikasikan artikel-artikel tentang jenis-jenis Nepenthes, deskripsi Nepenthes species baru dan bagaimana cara perawatan Nepenthes di rumah.
1881
Gambar dari Nepenthes x hookeriana dipublikasikan. N. rajah secara formal diperkenalkan ke publik sebagai temuan Burbudge dari ekspedisi keduanya. N. bicalcarata diperkenalkan ke publik untuk pertama kalinya.
1882
Charles Curtis, mengirimkan biji-biji N. northiana ke Inggris pada ekspedisinya ke Borneo. Dia juga mengirimkan N. stenophylla dan biji dari tanaman yang akan dikenal sebagai N. curtisii. Tanaman Nepenthes rajah yang masih muda dipamerkan pertama kali di pameran tahunan Royal Horticultural Society. (Saat ini, diperdebatkan apakah Curtis yang menemukan N. curtisii di Borneo. N. curtisii sekarang dikenal sebagai nama lain N. maxima). The Gardeners Chronicles menampilkan gambar dari N. x Atrosanguinea milik James Taplin. Taplin bekerja untuk George Such nurseries di America.
1883
Burbidge mendeskripsikan hybrid N x Mastersiana. Hybrid buatan Veitch nursery, yang merupakan hasil persilangan antara N. sanguinea dan N. khasiana. Didanami sesuai nama Maxwell Masters, yang adalah editor dari Gardners Chronicles pada tahun 1865.
1889
The Gardeners Chronicles mendaftar ada total seratus tiga puluh satu species, varietas, and hybrid dari Nepenthes sedang dibudidayakan. Setidaknya ada sedikit species dari daftar ini yang mungkin merupakan nama lain dari species yang lain. (Contohnya, N. curtisii merupakan nama lain N. maxima). Beberapa species dari Veitch nursery seperti N. curtisii, N. northiana, dan N. rajah juga dijual pada majalah ini. Majalah ini juga mencantumkan hybrid N. x mastersiana.
1893
Tivey menciptakan hybrid N. x Mixta, persilangan antara N. northiana and N.maxima. Setelah ini, semua N. northiana di lingkungan pembudidaya Eropa, diduga punah.
1894
N. pervillei diperkenalkan oleh Veitch nursery.
1895
Beck merevisi genus Nepenthes.
1901
Amerika mulai memberikan kontibusi dalam dunia per-Nepenthes-an dunia dengan turut menciptakan hybrid Nepenthes yang banyak dilakukan oleh James Taplin. Hybrid-hybrid Nepenthes buatan Amerika tersebut di publikasikan dalam Encyclopedia of American Horticulture. James Taplin semula bekerja di Inggris, tapi kemudian hijrah ke Amerika untuk bekerja di George Such Nurseries di New Jersey, USA. Tampaknya Taplin sendiri telah meninggal pada saat publikasi ini dilakukan. Hybrid-hybrid Nepenthes buatan Taplin pada akhir tahun 1800an diakui dunia sebagai keberhasilan yang mengagumkan di dunia Nepenthes bagi Eropa dan Amerika.
1903
Tivey menciptakan hybrid Nepenthes baru, N. x Dyeriana. He menyilangkan N. x mixta dengan (N. rafflesiana x N. veitchii).
1905
Nepenthes rajah yang terakhir yang dipunyai oleh Veitch Nursery, mati, karena sulit untuk di kembang biakan. Sejak saat itu, N. rajah di lingkungan budidaya Eropa hanya bisa ditemukan di National Botanic Gardens di Glasnevin di Ireland, dan itupun tidak lama kemudian juga mati.
1906
Hortus Veitchii di publikasikan, yang meringkas sejarah hybridisasi Nepenthes. Pada saat itu sebagian besar upaya hybridisasi Nepenthes di dunia hanya dilakukan oleh Veitch Nursery dan pegawai-pegawainya yang handal.
1908
Macfarlane merevisi genus Nepenthes, mencantumkan lima puluh delapan species.
1910
Lilian Gibbs, wanita pertama yang berhasil mendaki gunung Kinabalu, menemukan hybrid (N. rajah x N. villosa). Hybrid itu diberi nama formal oleh Shigeo Kurata pada 1976 sebagai N. x kinabaluensis.
Kantong bawah dari N. x kinabaluensis.
(Sumber)
1914
Walupun N. rajah dan N. northiana telah punah dikalangan pembudidaya Nepenthes Eropa, hal itu tidak menyurutkan sedikitpun demam Nepenthes di Eropa. Setidaknya hingga munculnya Perang Dunia I.
Dengan menipisnya asupan uang dan bahan bakar, rumah-rumah kaca yang dulunya sangat hangat dikala musim dingin, tiba-tiba berubah menjadi dingin sekali. Saat itu, secara praktis, Nepenthes sudah punah sama sekali di lingkungan pembudidaya Eropa.
Tapi kemudian Jepang mulai tertarik dengan tanaman itu dan mengambil alih kegiatan budidaya Nepenthes dunia.
1916
Bailey's Standard Cyclopedia of Horitculture mencatat beberapa hybrid Nepenthes yang cantik hingga saat itu.
1918
Dibawah arahan George Pring, Missouri Botanical Gardens mulai menggalakan koleksi Nepenthes. Akhirnya Missouri Botanical Gardens dikenal sebagai institusi yang mempunyai koleksi Nepenthes terbanyak di dunia.
1928
Danser menulis artikel ilmiahnya yang terkenal, "Nepenthes of the Netherland Indies". He mengurangi jumlah species Nepenthes menjadi empat puluh delapan species.
1936
Harms merevisi genus Nepenthes. Dia memisahkan N. villosa dan N. edwardsiana yang dicatat oleh Danser sebagai nama lain dari satu dan yang lain.
1940
Upaya budidaya Nepenthes yang dilakukan oleh Jepang terhenti dengan dimulainya Perang Dunia II.
1950
Upaya budidaya Nepenthes di Jepang, berlangsung kembali.
1957
Dr. Kostermans menemukan Nepenthes species baru, N. campanulata. Penduduk pribumi yang tinggal di area dimana N. campanulata ditemukan, menyebutnya sebagai "bunga batu". Dr. Kostermans juga menemukan satu lagi species Nepenthes yang lain, yaitu N. mapuluensis.
1973
Shigeo Kurata mendeskripsikan N. campanulata dari specimen yang ditemukan oleh Dr. Kostermans pada tahun 1957. Dr. Kawase dari Kosobe Botanical Gardens di universitas Kyoto mulai menciptakan banyak hybrid Nepenthes. Nama-nama hybrid Nepenthes yang dia pakai selalu diakhiri dengan kata "KOTO", yang artinya "Ibu Kota Tua". Banyak dari hybrid Nepenthes ciptaannya yang tersebar luar dan diminati, misalnya N. x Dreamy Koto dan N. x Delectable KOTO. Dia menciptakan lebih dari 163 hybrid Nepenthes dalam 10 tahun..
1976
Shigeo Kurata mempublikasikan bukunya, Nepenthes of Mt. Kinabalu. Buku tersebut mempunyai foto-foto berwarna yang terbaik di dunia, dari Nepenthes, hingga saat ini.
1978
Di tahun ini, sebuah nursery dengan nama WIP (World Insectivorous Plants) mulai menjual Nepenthes dengan cara mail-order. Katalog penjualannya mencakup jenis-jenis Nepenthes baik species maupun hybrid yang terbanyak yang pernah ada. WIP pun menjual tanaman karnivora lain selain Nepenthes.
1980's
Pada awal 1980's, WIP sudah tidak melayani pembelian secara perseorangan lagi dan merubah model bisnisnya menjadi distributor yang hanya melayani pembelian dalam jumlah besar oleh reseller. Pada tahun ini, juga muncul dua nursery baru yang menerapkan cara pembelian melalui mail-order, yaitu Orgels Orchids dan Lee's Botanical Gardens. Clyde Bramblett (Orgels Orchids) dan Bruce Lee Bednar (Lee's Botanical Gardens) saling bekerja sama untuk menciptakan hybrid-hybrid Nepenthes yang baru.
1984
Marabini dan Briggs menemukan N. x Trusmadiensis, salah satu Nepenthes dengan ukuran kantong terbesar. N. x Trusmadiensis adalah hybrid alam yang sangat langka yang berasal dari gunung Trus Madi. Merupakan persilangan antara N. macrophylla dan N. lowii yang sama-sama berhabitat di gunung Trus Madi.
1996
Pitcher Plants of Borneo yang ditulis oleh Phillipps dan Lamb, di publikasikan. Buku tersebut berisi banyak foto-foto Nepenthes di habitatnya dan juga memuat beberapa gambar dari lukisan Nepenthes dari cat air yang dilukis oleh Susan Phillipps.
1997
Jebb dan Cheek merevisi genus Nepenthes, yang mencakup delapan puluh dua species. Mereka mencantumkan tiga puluh satu species dari Borneo, termasuk menetapkan N. borneensis sebagai species tersendiri, tapi mereka juga menetapkan bahwa N. faizaliana adalah hanya nama lain dari N. stenophylla.
Buku Charles Clarke, Nepenthes Of Borneo, kemudian dipublikasikan. Dalam bukunya, Clarke merevisi pendapat Jebb and Cheeks, N. borneensis direvisi menjadi nama lain dari N. boschiana dan N. faizaliana ditetapkan sebagai species tersendiri.
nyimak aja sob.
ReplyDeleteSilahkan Sob...
DeleteThanks sudah berkunjung :)