Friday, March 1, 2013

Simbiosis mutualisme pada Nepenthes dan hewan

Dasar penulisan artikel ini, adalah
1) Studi literatur.
2) Sharing pengalaman pribadi.

Habitat Kantong Semar umumnya adalah daerah yang minim nutrisi. Sifat predator dari Kantong Semar adalah salah satu bentuk adaptasi si Kantong Semar untuk mendapatkan nutrisi di tengah kerasnya hidup di habitat yang minim nutrisi.

Rupanya, Kantong Semar tidak hanya mengembangkan sifat predator saja untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya. Selain sifat predator tersebut, Kantong Semar juga menjalin hubungan dengan beberapa hewan, yang bersifat simbiosis mutualisme, yaitu hubungan yang saling menguntungkan.

Berikut ini adalah beberapa contoh hubungan tersebut.

1) N. baramensis dan kelelawar
N. baramensis dahulu dikenal sebagai N. rafflesiana var. elongata. Pada 2011,  C. Clarke et al, memutuskan untuk memisahkan N. baramensis dari salah satu varian N. rafflesiana menjadi species tersendiri, atas dasar-dasar yang salah satunya adalah N. baramensis mengembangkan simbiosis mutualisme dengan kelelawar dari species Kerivoula hardwickii. C. Clarke et al menambahkan bahwa, hanya N. baramensis sajalah yang mempunyai simbiosis mutualisme dengan kelelawar tersebut, dimana N. rafflesiana dan varian-variannya tidak mempunyai perilaku tersebut.

Menurut A. N. Hodge, simbiosis mutualisme yang dijalin antara N. baramensis dan K. hardwickii adalah, si kelelawar mendapat tempat bernaung di dalam kantong atas N. baramensis, dan N. baramensis mendapat makanan dari kotoran si kelelawar. Wikipedia mencatat, bahwa sebanyak 33.8% kebutuhan Nitrogen N. baramensis didapat dari kotoran si kelelawar.

Masih menurut A.N. Hodge, pinggang pada kantong atas N. baramensis mempunyai keunikan tersendiri terhadap bentuk tubuh K. hardwickii. Seperti yang kita ketahui, cairan kantong dari Nepenthes bersifat asam dan korosif (PH bisa serendah 2) dan tentunya berbahaya bagi si kelelawar. Pinggang pada kantong atas N. baramensis bersifat unik terhadap ukuran tubuh K. hardwickii. Pinggang tersebut memperbolehkan K. hardwickii untuk masuk dan beristirahat di dalam kantong tapi mencegah K. hardwickii tergelincir terlalu dalam ke dalam kantong, tempat di mana cairan kantong yang berbahaya bagi si kelelawar berada.

K. hardwickii sendiri adalah species kelelawar kecil yang biasa ditemui di negara-negara Asia Tenggara.


Nepenthes baramensis
Pada illustrasi ini terlihat bahwa kantong atas N. baramensis mempunyai pinggang (girdle) dimana K. hardwickii berteduh. Sedangkan N. rafflesiana tidak mempunyai pinggang tersebut.
Ada-tidaknya pinggang pada kantong atas ini, juga merupakan salah satu poin pendeskripsian oleh C. Clarke et al yang memisahkan N. baramensis dari cuma sekedar varian N. rafflesiana
menjadi species tersendiri.
(Sumber)

Nepenthes baramensis
K. hardwickii dan N. baramensis.
 (Sumber)

2) N. rajah dan tikus hutan
Simbiosis mutualisme yang unik, juga tercatat pada N. rajah dan tikus hutan. Setidaknya ada dua jenis tikus hutan yang bersimbiosis mutualisme dengan N. rajah, yaitu dari species Tupaia montana dan Rattus baluensis.

Menurut M. greenwood et al, simbiosis mutualisme yang dikembangkan oleh N. rajah dan si tikus hutan adalah, si tikus hutan mendapat makanan berupa nectar dan N. rajah mendapat makanan berupa kotoran si tikus.

Jika kantung atas N. baramensis mengembangkan pinggang sebagai bentuk simbiosisnya terhadap K. hardwickii, maka N. rajah mengembangkan mulut yang lebar sebagai bentuk adaptasinya dengan si tikus hutan, demikian kata wikipedia. Lebih lanjut wikipedia menerangkan bahwa, lebar rata-rata mulut N. rajah sangat cocok dengan panjang tubuh rata-rata si tikus hutan. Sehingga, sementara si tikus menikmati nectar dari tutup N. rajah, si tikus juga bisa mensekresikan kotorannya ke dalam kantong N. rajah tersebut. Tindakan si tikus mensekresikan kotoran adalah untuk menandai wilayah makannya, dengan mencoba berkata "Jangan mendekati kantong ini. Kantong ini adalah punyaku".

Nepenthes rajah
R. baluensis dan N. rajah.
Perhatikan bahwa lebar mulut N. rajah cocok dengan panjang tubuh si tikus hutan, 
dari mulut sampai ke anus.

N. rajah tidak hanya menarik tikus hutan dengan kelenjar nectar nya dalam upayanya mendapat easy meal, tapi N. rajah juga mengembangkan warna bagian bawah tutup kantong yang kehijauan atau kebiruan, yang kebetulan, mata dari hewan pengerat sangat sensitif terhadap warna tersebut.

Dilaporkan juga, bahwa T. montana biasa mengunjungi N. rajah pada siang hari dan R. baluensis pada malam hari. Dibawah ini adalah dua video, yang pertama, dari  C. Clarke yang menunjukan T. montana yang sedang mengunjungi N. rajah di siang hari...


...dan yang kedua, dari M. Greenwood yang berhasil merekam aktivitas R. baluensis yang sedang mengunjungi N. rajah pada malam hari.

  
3) N. bicalcarata dan semut
Simbiosis mutualisme yang paling aneh antara Nepenthes dan hewan, menurut kami adalah simbiosis antara N. bicalcarata dan semut Componatus schmitzi. Keanehannya adalah terletak pada N. bicalcarata sebagai tanaman pemangsa serangga dan si semut itu sendiri adalah serangga, tetapi mengapa mereka bisa berteman ?.  

Sesuai dengan ulasan kami sebelumnya, simbiosis mutualisme yang dikembangkan oleh N. bicalcarata dan semut C. schmitzi adalah si semut mendapat makanan gampang dengan memanfaatkan jebakan nectar yang dipunyai oleh N. bicalcarata, sedangkan N. bicakcarata sendiri dibantu pencernaan makanannya oleh si semut dan juga menikmati makanan gampang dari sekresi si semut.

Nepenthes bicalcarata Pitcher of Paradise
 "Taring" N. bicalcarata sebenarnya adalah kelenjar nectar yang membesar.

Semut C. schmitzi diketahui sering bersembunyi di tepi bagian dalam dari bibir kantong N. bicalcarata. Di tempat persembunyiannya tersebut, si semut tinggal menunggu serangga yang mendekat karena tertarik dengan jebakan kelenjar nectar yang dipunyai oleh N. bicalcarata. Dengan cara ini, si semut tidak perlu capek-capek berburu. Si semut juga diketahui sering membantu N. bicalcarata dalam mendapatkan mangsa, yaitu dengan menyergap dan menarik mangsa ke dalam kantong N. bicalcarata. Dengan cara ini, prosentase keberhasilan N. bicalcarata dalam menangkap mangsapun menjadi meningkat. Pada penelitian I. Gounand et al juga ditunjukan bahwa semut-semut schmitz juga aktif membantu N. bicalcarata dalam mencerna mangsanya. Semut semut Smithz tersebut akan mencabik-cabik mangsa N. bicalcarata dan bahkan menyelam ke dalam cairan kantong N. bicalcarata untuk mencabik-cabik serangga-serangga yang tenggelam di dasar kantong.

Componatus schmitzi pada Nepenthes bicalcarata
Semut-semut Schmitz sedang menarik mangsa keluar dari cairan kantung N. bicalcarata
Dikatakan oleh sumber foto, bahwa jika tidak karena semut-semut Schmitz ini,
bangkai serangga itu tidak dapat dengan mudah tercerna oleh N. bicalcarata

Semut-semut Schmitz tersebut bebas berenang ke dalam cairan kantong N. bicalcarata, karena N. bicalcarata juga mempunyai properti unik sebagai bentuk simbiosis terhadap semut-semut Smithz. Menurut wikipedia, N. bicalcarata memodifikasi cairan kantong dan kantongnya dengan menghilangkan beberapa properti yang umum dimiliki oleh tanaman Kantong Semar lain, yaitu menghilangkan keviskoelastisan cairan kantong, menghilangkan keasaman cairan kantong, menghilangkan zona lilin di dinding bagian dalam kantong, dan bahkan kemungkinan juga meminimalkan enzim pencernaan (jika tidak menghilangkan) pada cairan kantongnya. Dengan cara itu, maka semut-semut Schmitz dapat dengan mudah berenang ke dalam cairan kantong N. bicalcarata tanpa takut tercerna oleh si N. bicalcarata.
Semut-semut Schmitz tidak selalu berada di dalam kantong N. bicalcarata. Semut-semut itu hanya berada di dalam kantong pada saat berburu saja. Jika tidak sedang berburu, maka semut-semut itu akan tinggal di sebuah cowakan yang mereka buat pada sulur kantong N. bicalcarata.

Nepenthes bicalcarata
Terlihat koloni semut Schmitz pada sulur kantong atas N. bicalcarata.

Video dibawah ini menunjukan bagaimana semut-semut Schmitz bersimbiosis dengan N. bicalcarata.


Selamat berkebun,

Edwin Dwianto - 08123254373, Online Nepenthes store

Rujukan: Nepenthes baramensis, Nepenthes rajah, Nepenthes bicalcarata

2 comments:

  1. Bang Edwin,

    Boleh dong berbagi ilmu juga tanaman ini.
    Nama saya Mas Eka, saya tertarik untuk memelihara tanaman ini.
    Mohon informasi ketersediaan tanaman ini, apakah bisa dipelihara di jakarta utara (dekat tjg priok)

    Terimakasih,
    Eka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat pagi Mas Eka :)

      Sorry untuk balasan saya yang sangat telat. Saya sempat vakum dari kegiatan blogging beberapa bulan ini karena kesibukan kantor.

      Menjawab pertanyaan Mas Eka, untuk beberapa tanaman pada kategori Nepenthes koleksi kami yang saya beri label tingkat kesulitan 1 dan 2, masih bisa dipelihara di Low Land (LL) seperti di Tanjung Priok.

      LL adalah daerah dengan ketinggian antara 0 hingga 150 meter diatas permikaan laut.
      Ketinggian daerah sangat berpengaruh terhadap jenis-jenis Kantong Semar yang akan dipelihara di daerah tersebut.

      Demikian Mas Eka
      Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya

      Cheers,
      Edwin

      Delete